Pendidikan rendah yang saya maksud disini yaitu mengecam pendidikan di bangku sekolah dasar terlepas dari lulus atau tidak. Menurut Sayogyo tingkat kemiskinan didasarkan jumlah rupiah pengeluaran rumah tangga yang disetarakan dengan jumlah kilogram konsumsi beras per orang per tahun dan dibagi wilayah pedesaan dan perkotaan. Menurutnya untuk daerah pedesaan dengan kategori :
- Miskin : Bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 320 kg nilai tukar beras per orang per tahun
- Miskin sekali : Bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 240 kg nilai tukar beras per orang per tahun
- Paling miskin : Bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 180 kg nilai tukar beras per orang per tahun
daerah perkotaan :
a. Miskin: Bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 480 kg nilai tukar beras per orang per tahun
d. Miskin sekali : Bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 380 kg nilai tukar beras per orang per tahun
e. Paling miskin : Bila pengeluaran keluarga lebih kecil daripada 270 kg nilai tukar beras per orang per tahun
(sumber id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2043096-pengertian-miskin-dari-berbagai-sumber/)
Kesimpulan sederhana saya seseorang bisa dikatakan miskin apabila pendapatan dia sama sekali tidak bisa mencukupi kehidupan sehari-hari. Silahkan di koreksi apabila saya salah.
Kebanyakan orang-orang yang berpendidikan rendah itu di karenakan mereka miskin sehingga pendapatan mereka hanya cukup untuk makan sehari-hari. Tujuan hidup mereka hanya untuk mencari uang karena mereka berfikir setinggi apapun sekolah pasti akhirnya bertujuan mencari pekerjaan untuk mendapatkan uang. Pernyataan saya ini di dapat dari pegamatan saya dari beberapa tayangan di televisi yang menceritakan tentang keseharian dan alasan mereka tidak sekolah.
Miskin karena pendidikan rendah, anggapan dari sebagian orang bahwa orang yang berpendidikan rendah tidak bisa menaikkan taraf hidupnya. Karena orang yang berpendidikan rendah cenderung tidak memiliki kreatifitas sehingga usaha yang mereka jalankan tidak bisa berkembang. Mereka tidak bisa membuka lapangan pekerjaan sendiri hanya bisa bekerja di tempat orang lain sedangkan jika bekerja di tempat orang lain hidup mereka tidak terjamin, tergantung pada orang lain.
Dan saya melihat kalimat miskin karena berpendidikan rendah atau berpendidikan rendah karena miskin itu adalah SALAH. Sekarang liat saja realitanya banyak orang yang berpendidikan rendah itu bukan karena miskin tapi mereka memang memutuskan tidak mengecam pendidikan yang lebih tinggi mungkin karena mereka sudah memiliki pekerjaan yang pas sehingga di rasa tidak perlu untuk sekolah atau belajar lagi.
Selain itu di setiap sekolah ataupun universitas sudah memiliki program beasiswa untuk membantu biaya belajar siswa atau mahasiswanya sehingga tidak mampu atau bahkan miskin bukan lagi alasan untuk tidak melanjutkan pendidikan.Indonesia saja sekarang memiliki 2700 perguruan tinggi swasta dan 100 lebih perguruan tinggi negri (sumber www.waspada.co.id)
Faktanya saja di Universitas Padjadjaran bahkan di Badan Eksekutif Mahasiswa di bentuk departemen kesejahteraan mahasiswa untuk membantu para mahasiswa memberikan informasi tentang beasiswa dan mendampingi mahasiswa apabila ada masalah registrasi. Itu merupakan bukti bahwa taraf hidup seseorang saat kini tidak menentukan tingkat pendidikan seseorang.
Ibu saya juga pernah bercerita bahwa zaman dulu tidak di wajibkan sekolah karena di kampung dulu orang yang berada pun tidak sekolah tinggi bukan karena miskin mereka hanya di targetkan bisa membaca, menulis, dan menghitung. Selain itu perempuan pun tidak di wajibkan sekolah karena menurut tradisi perempuan itu hanya ‘bertugas’ di dapur, jadi mereka berfikir untuk apa sekolah tinggi apabila hanya akhirnya untuk ke dapur. Semakin mempertegas bahwa orang yang berpendidikan rendah itu bukan karena miskin.
Sekarang miskin karena pendidikan rendah bohong itu, coba sekarang kita buka buku motivasi tentang orang-orang sukses. Mereka memulai kehidupannya benar-benar dari 0, benar-benar dari tidak memiliki apapun, tidak memiliki uang sepeser pun. Mereka hanya memiliki ketakutan tidak mau merasakan hidup seperti itu lagi dan mereka memiliki keyakinan bahwa setiap orang itu memiliki takdirnya masing-masing tetapi setiap orang bisa merubahnya dengan usaha.
Ayo semangat bagi kita yang tidak memiliki ‘apa-apa’ karena kita sudah siap jika suatu saat secara tiba-tiba kita memiliki ‘apa-apa’. Setiap manusia memang memiliki takdir tetapi tetap manusia itu sendiri aktornya yang mampu merubah takdirnya sendiri.Semoga tulisan pertama saya ini minimal bisa terbaca, maksimal bisa dipahami. Bila ada salah silahkan di koreksi karena menurut senior saya bahwa tidak ada tulisan yang sempurna.
[Yeni Hendriyani,KESMA]
[Yeni Hendriyani,KESMA]